Senin, 28 Juni 2010

belajar menggunakan metronom

Anjuran pertama adalah, matikan metronome ketika tidak sedang digunakan :p Ya, memang betul, mendengarkan suara ketukan konstan selama beberapa lama bisa jadi membuat mental musical kita cepat lelah dengan cepat.

Tetapi ketika kita telah mulai bermain dengannya tepat bersamaan dalam setiap ketukannya, dengan segera bunyi metronome yang kaku dan membosankan itu akan segera menghilang berbaur dengan permainan kita. Dan biasanya seringkali di studio, mungkin kita akan menjumpai keadaan dimana kita harus memainkan bagian gitar dalam band dengan iringan yang minimal, hanya dengan sebuah ketukan, jadi memang ada baiknya agar kita melatih kemampuan kita untuk bermain stabil tepat waktu dengan acuan minimal.
Hal yang cukup lucu adalah, kebanyakan teman – teman menggunakan metronome untuk berlatih dan berpendapat bahwa mereka merasa seharusnya mengukur kemajuan permainannya dalam hal seberapa cepat mereka dapat memainkan suatu hal. Faktanya adalah ada kalanya bahwa hal yang sebaliknya justru yang benar – benar berfungsi sebagai pelatih kestabilan tempo. Misalnya pada album – album Pantera, silakan coba mainkan salah satu diantara lagu – lagunya, di bagian gitarnya saja, dengan acuan metronom yang amat pelan, misalnya 40 bpm, daripada yang kebanyakan lagu umumnya sekitar 98 bpm. Akan segera terasa jauh lebih susah untuk tetap menjaga tempo dengan stabil dengan acuan sepelan itu. Ini salah satu cara terbaik untuk melatih kestabilan tempo yaitu dengan mengatur metronome pada tempo normal yang nyaman untuk kebanyakan orang, mungkin sekitar 80 – 120 bpm, lalu memainkan sebuah pola ritmis yang sederhana, dan berusaha untuk bermain seakurat mungkin. ketika kita telah memperoleh feeling yang alami dari pola sederhana itu, selanjutnya adalah memelankan tempo metronome dalam skala kecil, bermain pada tempo tersebut, dan turunkan lagi temponya, dan seterusnya sampai pada suatu tempo yang tidak terasa masuk akal lagi untuk memainkan pola ritmis tadi. Kemampuan untuk melatih kestabilan tempo amat bergantung pada kemampuan untuk menebak kapan ketukan berikutnya akan berbunyi, dan sekaligus mengoreksi diri sendiri ketika tebakan kita meleset dan segera menyamakan diri dengan ketukan yang benar yang dibunyikan oleh metronome. Dengan cara berlatih tadi kita akan segera tahu kalau ketika jarak ketukan semakin jauh, kemungkinan kesalahan akan lebih besar. Disanalah tantangan yang perlu ditaklukan dari metode latihan ini.
Salah satu variasi dari metode diatas, mengacu pada video instructional Victor Wooten, coba mainkan sebuah etude yang dapat kita mainkan secara nyaman pada tempo medium misalnya 120 bpm [tingkat kesulitan dari etudenya jangan terlalu dipikirkan, yang paling penting kita bisa bermain nyaman pada tempo itu]. Kalau kita bisa bermain dengan metronome pada tempo 120 bpm, tiap ketukan akan menandai beat 1, 2, 3, dan 4 dalam sebuah bar. Cobalah bermain dengan kecepatan yang sama, tapi turunkan acuan metronomenya menjadi hanya 60 bpm, sehingga tiap ketukan hanya akan menandai beat 1 dan 3 saja. Temponya tetap sama dengan yang sebelumnya. Nah untuk tantangan terbesarnya, silakan coba bermain dengan tempo yang [tetap] sama, dengan acuan metronome hanya 30 bpm ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar